Penulis: Nurul Hikmah Yanto
Nyentrik, rapi,
sederhana, pandangan mata yang tajam, senyum merekah, penyampaian materi yang
lugas dan bersemangat serta bahasa super literatif. Beliau adalah Bapak Dr. Edi
Rahmat, Instruktur mata kuliah Wawasan Kebangsaan untuk Mahasiswa PPG SM-3T
UNMUL.
Bapak ini menjadi pesona tersendiri dalam dunia Ke-PPG-an Universitas
Mulawarman. Beliau sangat berbeda dibandingkan instruktur-instruktur lainnya, metode
pengajarannya pun terbilang eksentris karena sangat berdasar pada referensi
buku-buku kebangsaan meskipun selalu diselingi dengan petuah-petuah hidup dan
pengalaman pribadi yang sarat makna.
Tanpa terasa
12 kali pertemuan telah dilalui dengan sangat menyenangkan dan penuh tantangan.
Penekanan akan pentingnya data selalu digaungkan kepada mahasiswa PPG
agar bisa mengekspresikan diri secara faktual dalam berargumen.
Setiap pertemuan
dalam kuliah wawasan kebangsaan selalu menghadirkan kesan unik tersendiri
pasalnya di beberapa pertemuan Bapak Edi memberikan kuliah dengan menggunakan metode
ceramah, tapi di beberapa pertemuan lain malah menantang mahasiswa PPG untuk
merangkum, menulis, dan mempresentasekan isi dari artikel-artikel yang
notabene bertolak belakang dengan disiplin ilmu Peserta PPG.
Majalah Tempo
menjadi bahan ajar dalam kuliah ini untuk menguak fakta kebangsaan yang mungkin
selama ini kurang terekspos di media sosial dan TV karena banyaknya tindakan
kejahatan di bumi nusantara. Contohnya, topik
pertama yaitu menyimpulkan salah satu artikel Tempo.
Artikel tersebut membahas
mengenai nilai-nilai Pancasila yang sudah tidak manjadi poin penting bagi
masyarakat, bahkan presidennya sendiri di era pemerintahan SBY. Ini berbeda
dengan rezim Pak Suharto yang mewajibkan diadakannya P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)
di wilayah-wilayah akademisi.
Salah satu petuah dari Founding Father Bangsa
Indonesia yaitu Moh. Hatta mengabarkan jauh-jauh hari bahwa Pancasila itu akan
menjadi petunjuk kepada orang-orang yang melenceng dari kebenaran dalam negeri
ini.
Artikel lain
tetap dengan keterkaitan kepada Pak Suharto, membahas munculnya partai baru bernama
Partai Berkarya yang ternyata disponsori oleh anak bungsu pak Suharto. Partai
tersebut diperkirakan akan mengusung satu nama calon presiden maju dalam pilpres 2019
mendatang. Mayoritas masyarakat yang beranggapan jika Partai Berkarya ini tidak
akan berbeda jauh dengan partai-partai politik lainnya. Amanah merupakan kunci utama untuk membangun perpolitikan yang benar dan hakiki.
Ketika politik
hanya digunakan sebagai kendaraan untuk mencapai kekuasaan maka tak akan ada
kemunculan perbaikan system perpolitikan yang diharapkan menjadi cikal bakal
elemen-elemen penting lainnya seperti pendididkan, ekonomi, kesehatan, sosial dan
bidang lainnya.
Hal yang tak
kalah menariknya ketika mahasiswa PPG juga harus mengkaji majalah Jakarta Post
yang menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantarnya. Beberapa topik dalam
majalah tersebut mendeskripsikan tentang bagaimana Negara Republik Indonesia
hari ini.
Banyak informasi terkini mengenai bagaimana fungsi strategis
Indonesia secara global. Terakhir sebagai cindera mata akan perkuliahan
Wawasan Kebangsaan, maka mahasiswa PPG ditantang untuk menulis Artikel dengan judul “ Merajut dan Merawat KeIndonesiaan” minimal 5 halaman dan maksimal 10 halaman. Kelak Hasil dari tulisan ini akan dijadikan sebuah buku
yang dipajang di Museum Pancasila KALTIM.
Sebagai calon pendidik profesional,
alangkah lebih eloknya jika mereka melek akan Wawasan kebangsaan secara
holistik untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan diwariskan kepada
generasi penerus bangsa untuk merawat keutuhan kehidupan dan kenegaraan di negara tercinta ini.
👍👍👍
ReplyDelete