Monday, March 19, 2018

Wawasan Kebangsaan ala Pak Dr. Edi Rahmat


Penulis: Nurul Hikmah Yanto 

Nyentrik, rapi, sederhana, pandangan mata yang tajam, senyum merekah, penyampaian materi yang lugas dan bersemangat serta bahasa super literatif. Beliau adalah Bapak Dr. Edi Rahmat, Instruktur mata kuliah Wawasan Kebangsaan untuk Mahasiswa PPG SM-3T UNMUL.

Bapak ini menjadi pesona tersendiri dalam dunia Ke-PPG-an Universitas Mulawarman. Beliau sangat berbeda dibandingkan instruktur-instruktur lainnya, metode pengajarannya pun terbilang eksentris karena sangat berdasar pada referensi buku-buku kebangsaan meskipun selalu diselingi dengan petuah-petuah hidup dan pengalaman pribadi yang sarat makna. 

Tanpa terasa 12 kali pertemuan telah dilalui dengan sangat menyenangkan dan penuh tantangan. Penekanan akan pentingnya data selalu digaungkan kepada mahasiswa PPG agar bisa mengekspresikan diri secara faktual dalam berargumen. 

Setiap pertemuan dalam kuliah wawasan kebangsaan selalu menghadirkan kesan unik tersendiri pasalnya di beberapa pertemuan Bapak Edi memberikan kuliah dengan menggunakan metode ceramah, tapi di beberapa pertemuan lain malah menantang mahasiswa PPG untuk merangkum, menulis, dan mempresentasekan isi dari artikel-artikel yang notabene bertolak belakang dengan disiplin ilmu Peserta PPG.

Majalah Tempo menjadi bahan ajar dalam kuliah ini untuk menguak fakta kebangsaan yang mungkin selama ini kurang terekspos di media sosial dan TV karena banyaknya tindakan kejahatan di bumi  nusantara. Contohnya, topik pertama yaitu menyimpulkan salah satu artikel Tempo. 

Artikel tersebut membahas mengenai nilai-nilai Pancasila yang sudah tidak manjadi poin penting bagi masyarakat, bahkan presidennya sendiri di era pemerintahan SBY. Ini berbeda dengan rezim Pak Suharto yang mewajibkan diadakannya P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) di wilayah-wilayah akademisi. 

Salah satu petuah dari Founding Father Bangsa Indonesia yaitu Moh. Hatta mengabarkan jauh-jauh hari bahwa Pancasila itu akan menjadi petunjuk kepada orang-orang yang melenceng dari kebenaran dalam negeri ini.

Artikel lain tetap dengan keterkaitan kepada Pak Suharto, membahas munculnya partai baru bernama Partai Berkarya yang ternyata disponsori oleh anak bungsu pak Suharto. Partai tersebut diperkirakan akan mengusung satu nama calon presiden maju dalam pilpres 2019 mendatang. Mayoritas masyarakat yang beranggapan jika Partai Berkarya ini tidak akan berbeda jauh dengan partai-partai politik lainnya. Amanah merupakan kunci utama untuk membangun perpolitikan yang benar dan hakiki. 

Ketika politik hanya digunakan sebagai kendaraan untuk mencapai kekuasaan maka tak akan ada kemunculan perbaikan system perpolitikan yang diharapkan menjadi cikal bakal elemen-elemen penting lainnya seperti pendididkan, ekonomi, kesehatan, sosial dan bidang lainnya.


Hal yang tak kalah menariknya ketika mahasiswa PPG juga harus mengkaji majalah Jakarta Post yang menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantarnya. Beberapa topik dalam majalah tersebut mendeskripsikan tentang bagaimana Negara Republik Indonesia hari ini. 

Banyak informasi terkini mengenai bagaimana fungsi strategis Indonesia secara global. Terakhir sebagai cindera mata akan perkuliahan Wawasan Kebangsaan, maka mahasiswa PPG ditantang untuk menulis Artikel dengan judul “ Merajut dan Merawat KeIndonesiaan” minimal 5 halaman dan maksimal 10 halaman. Kelak Hasil dari tulisan ini akan dijadikan sebuah buku yang dipajang di Museum Pancasila KALTIM. 

Sebagai calon pendidik profesional, alangkah lebih eloknya jika mereka melek akan Wawasan kebangsaan secara holistik untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan diwariskan kepada generasi penerus bangsa untuk merawat keutuhan kehidupan dan kenegaraan di negara tercinta ini.

1 comment: