Wednesday, March 14, 2018

Dari Mereka, Saya Belajar Ikhlas


Ini cerita saya, cerita tentang pengabdian mengajar di Distrik Kaptel. Salah satu distrik di Kabupaten Merauke. Untuk setahun ke depan saya mendapatkan tugas mulia untuk mengabdi di SD YPK Kaptel.

Sudah menjadi rahasia umum, mengajar di sekolah apalagi dengan predikat sekolah pedalaman akan menjadi tantangan tersendiri bagi para guru, khususnya para guru muda seperti saya dan teman-teman SM3T.

Awal masuk sekolah, siswa yang hadir hanya 28 orang. Seiring dengan berjalannya waktu jumlah kedatangan siswa terus meningkat hingga menjadi 108 siswa. Para siswa sangat antusias dengan kedatangan guru-guru SM3T yang diharapkan mampu membawa perubahan bagi mereka. Itu terasa sangat wajar, mengingat kendala yang dihadapi di sekolah ini. Di sini, siswa yang bisa membaca Cuma 2 orang. Para siswa lebih semangat belajar berhitung daripada membaca.

Ditambah lagi dengan pola pikir siswa yang cenderung bersikap malas dalam belajar. Kondisi semakin diperparah dengan sekolah yang jarang buka karena ketiadaan guru. Dengan kedatangan kami kesana, pembelajaran di kelas semakin aktif dan guru-guru yang lain pun ikut antusias dalam menjalankan PBM. 
 
 
Ada hal yang menarik, ketika kemarin kami berpamitan untuk berlibur di kota. Anak-anak melepas kami dengan mata berkaca-kaca seolah kami tidak akan kembali lagi mengajar mereka. Namun setelah meyakinkan mereka bahwa kami akan kembali lagi. Mereka pun mampu melepas kami dengan senyum sumringah.
 

Hal lain yang terjadi adalah sekarang siswa-siswa semakin tertarik untuk mengikuti PBM yang kami lakukan. Bahkan ada siswa yang mengancam tidak akan masuk sekolah jika bukan bapak guru SM3T yang mengajar mereka. Dan ini semakin memantik semangat saya dan kawan-kawan untuk berbuat lebih banyak bagi mereka. Karena dengan melihat senyum para siswa kami berasa begitu berarti. Dan menyadari keberadaan kami begitu dibutuhkan.
 
Berada di pedalaman, menyadarkan saya akan banyak hal. Menyadarkan bahwa berada di "pedalaman bukanlah akhir dari segalanya, yang terpenting kita tahu bagaimana cara menikmatinya."
Bukankah hidup terlalu singkat jika diisi dengan keluhan?
Kisah pengabdian Bapak Guru Roby Bandyalang, S.Pd

















No comments:

Post a Comment